Rabu, 21 November 2018


Dasar-dasar Menulis
Bagian 2

Oleh: Bambang Setiabudi Sankarto


B.     Kemanfaatan bercorak Praktis

1.      Dikenal Publik
Penulis dapat menjadi terkenal karena berbagai karya tulisnya. Namun demikian, tidak semua penulis bisa menjadi orang terkenal, yaitu menjadi tokoh publik yang semua orang tahu. Bila disebut namanya semua orang tahu. Meskipun seorang penulis tidak terkenal, minimal dia dikenal, sehingga dapat memperkuat identitasnya. Orang hanya dengan mengetikan nama penulis di Search engine yang ada di internet, sejumlah informasi terkait penulis dimaksud akan didapatkan, sehingga akan diketahui siapa penulis yang dimaksud, termasuk berbagai karya tulisnya dapat diketahui. Dengan demikian, melalui berbagai karya tulisnya, seseorang dapat dikenal, sehingga akan memudahkan urusannya. Karya tulis merupakan jendela untuk kita melihat keluar, dan sekaligus merupakan jendela agar orang lain dapat melihat diri kita.

2.      Ekonomis
Orang yang menghasilkan karya tulis dapat memperoleh kemanfaatan ekonomis, baik langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, misalnya orang yang menulis artikel di koran lokal, nasional, ataupun di majalah akan langsung mendapat uang atau honor. Demikian juga, orang yang menulis buku akan mendapatkan uang langsung dari beli putus penerbit terhadap bukunya atau langsung mendapat bayaran sekaligus di muka dari penerbit. Bisa juga mendapat royalty, ialah mendapatkan bagian uang secara terus menerus sesuai prosentasinya dari sejumlah buku yang terjual. Lain halnya dengan kemanfaatan ekonomis yang tidak langsung, penulis akan memperoleh uang atau bayaran saat diundang menjadi pembicara, narasumber, atau fasilitator. Mengapa demikian, karena yang bersangkutan dikenal kompetensinya, memahami bidang tertentu melalui berbagai karya tulisnya. Dengan demikian, saat panitia seminar, workshop ataupun symposium membutuhkan narasumber atau pembicara yang sesuai dengan tema yang diusungnya pada sebuah forum yang akan diselenggarakan, maka penulis dimaksud akan diundang menjadi pembicara, narasumber, atau fasilitator.

3.      Kesehatan
Orang menjadi sehat karena menulis. Orang depresi, cemas, galau akan lega hatinya karena menulis. Berbagai beban yang tidak mengenakan hatinya akan tercurah melalui tulisannya, dan membuat hatinya menjadi lega. Dengan demikian, menulis merupakan bagian dari terapi, dan menulis itu menyehatkan. Oleh karenanya, manfaat kesehatan dapat diperoleh dengan jalan menulis.

4.      Sarana membuka dan mengenal dunia
Melalui karya tulis, seseorang bisa mengunjungi berbagai tempat di dalam negeri, dan juga bisa terbang ke berbagai negara. Diterbangkan oleh buku, oleh karya tulis. Contohnya, ketika Pak Cah telah banyak menghasilkan artikel di media masa dan menulis buku, Pak Cah dapat terbang ke berbagai wilayah di Indonesia, Aceh sampai Papua, dari pulau ke pulau, sampai ke macanegara atau berbagai negara lain. Mengapa demikian? Karena melalui karya tulisnya, baik artikel maupun buku, Pak Cah menjadi dikenal kompetensinya, sehingga beliau diundang ke berbagai daerah ataupun negara untuk menjadi narasumber atau pembicara diberbagai forum. Demikian pula halnya kita, seandainya kita nanti telah banyak menghasilkan karya tulis, kemungkinan besar orang akan mengenal kita, mengetahui kompetensi kita, dan mungkin juga kita akan diundang panitia suatu forum sebagai pembicara, narasumber untuk memberi pencerahan ataupun pengetahuan kepada peserta forum. Di Indonesia, profesi sebagi penulis tidak menjanjikan bahwa penulis akan menjadi seorang yang kaya raya. Namun demikian, bukan berarti tidak mungkin, karena ada beberapa penulis bisa menjadi kaya karena karya tulisnya. Novelnya menjadi best seller, bahkan diangkat menjadi film layar lebar. Penulis tersebut seperti: Habiburrahman El Shirazy dengan Novelnya antara lain yang berjudul “Ayat ayat Cinta”, dan Andrea Hirata dengan Novelnya berjudul “Laskar Pelangi”. Dari novelnya tersebut, mereka mendapat royalty total sebesar lebih dari “Empat Milyar” dari hasil penjualan bukunya. Disamping itu, juga mendapat royalty dari film yang mengangkat cerita dari novel mereka. Meskipun kita, misalnya tidak bisa menghasilkan royalty milyaran dari hasil karya tulis kita, minimal kita bisa mendapat kemanfaatan dan pahala yang terus menerus dari apa yang kita tulis. Hal tersebut lebih menjanjikan dan lebih riil untuk kita dapatkan.

Prinsip prinsip dalam menulis
Dalam membuat karya tulis, agar mendapatkan kemanfaatan dunia maupun akhirat, terhindar dari pelanggaran norma adat dan hukum, tentunya kita harus berpegang kepada prinsip prinsip nilai moral, akhlak, dan mental yang baik. Prinsip prinsip tersebut antara lain:

1.      Kebenaran
Menulislah yang benar yang kita yakini kebenarannya. Kalau tidak yakin akan kebenarannya, jangan ditulis. Bagaimana kita bisa menuliskan sesuatu, kalau kita sendiri ragu akan kebenarannya, apalagi menulis sesuatu yang bertujuan ideologis atau dakwah. Tujuan ideologis mempunyai makna bahwa kita sedang memengaruhi orang. Bagaimana bisa memengaruhi orang jika kita sendiri tidak yakin terhadap apa yang kita tulis atau kita sampaikan. Menulis itu mempunyai pertanggungjawaban uhrowi atau akhirat. Bila yang dituliskan benar dan membawa orang lain menuju kebenaran, maka itu menjadi amal jariyah. Merupakan amal ibadah yang terpuji, sepanjang tulisannya memberi kemanfaatan kepada para pembacanya. Penulisnya akan mendapat pahala yang terus mengalir, meskipun telah meninggal. Sebaliknya, bila kita menulis sesuatu yang berdampak negatif atau menginspirasi pembacanya untuk berbuat jahat atau maksiat, bertolak belakang dengan norma, ahlak, dan moral yang baik, maka akan mendapat cela, mendapat hukum dunia maupun ahirat.

2.      Kebermanfaatan
Kita menulis sesuatu itu harus ada manfaatnya. Kalau sesuatu saya tulis, apa manfaatnya? Kalau sesuatu saya sampaikan, apa manfaatnya? Misalnya menulis tema keluarga. Manfaatnya supaya orang yang berumah tangga dapat hidup “sakinah, mawadah, warohmah”, terhindar dari berbagai petaka dalam rumah tangga. Menulis apapun harus ada kemanfaatan yang positip untuk diri kita maupun untuk orang lain, misalnya menginspirasi orang untuk melakukan kebaikan, menasehati orang untuk melakukan kebaikan, mencegah orang dari perbuatan buruk.

3.      Etis
Yang dimaksud dengan ”etis” adalah sesuatu yang berkaitan dengan atau berurusan dengan moral atau prinsip prinsip  moralitas serta berkaitan dengan benar dan salah dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu, Jangan menulis yang menyakitkan orang atau kelompok. Jangan menyinggung orang atau kelompok. Di era digital saat ini, informasi yang disampaikan melalui media sosial begitu derasnya, sehingga terkadang sulit untuk memfilternya, membedakannya mana yang benar dan yang tidak benar, hoax, berita sampah, ataupun sesuatu yang tidak ada realitasnya. Dalam konteks ini, maka perlu mengedepankan etika dalam menulis, termasuk menyebarkan karya tulisnya. Sebagai panduan terkait etika, perlu membaca Fatwa yang disampaikan oleh Majelis Ulama Indonesia mengenai bermuamalah di media social. Perlu diingat, tulisan yang menyinggung orang, kelompok, komunitas, dan organisasi apapun, akan mendapat konsekwensi hukum sesuai Undang undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Jadi, menulis apapun harus berprinsip pada etika, agar terhindar dari hukum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar